Selasa, 19 Januari 2016

KEBUDAYAAN BETAWI

Penduduk asli Jakarta adalah orang Betawi, yaitu masyarakat keturunan campuran dari ras dan suku yang berbeda-beda, yang menjadikan Jakarta menjadi rumahnya. Termasuk masyarakat yang terbiasa bicara terang-terangan dan demokratis, masyarakat Betawi menerima dan memahami baik budaya yang berbeda-beda dalam kesehariannya, sampai seni, musik dan tradisi. Bahasa Betawi tampak seperti campuran dari bahasa Malay asli dengan pemakaian beberapa kata-kata dari bahasa Sunda, bercampur lagi dengan kata-kata dari bahasa Jawa, Cina, India, Arab bahkan juga dari bahasa Belanda.


Dengan semakin besarnya jumlah orang yang masuk Indonesia sejak kemerdekaan, masyarakat asli Betawipun terdorong ke area terpencil, kebanyakan ke Jakarta Barat dan Selatan.
Di atas lahan seluas 289 hektar di Setu Babakan dibangun perkampungan Budaya Betawi, dimana masyarakat dapat berkunjung dan berjalan-jalan di tempat yang mempertahankan gaya Betawi, baik dari arsitekturnya maupun tata letaknya.
Setiap bulan Juli, Festival Budaya Betawi berlangsung di tempat ini, yaitu seperti upacara perkawinan, pesta sunatan, ritual nujuh bulanan kehamilan dan lainnya.
Para pengunjung juga dapat memancing ikan dan menikmati berbagai makanan khas setempat di pondok-pondok yang menjual makanan maupun restoran.

Ondel-ondel merupakan boneka raksasa yang tak terpisahkan dari budaya betawi dan telah menjadi ikon kota Jakarta. Boneka ini dibuat dari rangka bambu sehingga memudahkan orang untuk membawanya kemana-mana. Ondel-ondel biasanya terdiri dari 2 boneka, yang pria memakai topeng merah dan berkumis dilengkapi dengan kostum berwarna gelap. Sedangkan perempuannya bertopeng putih dengan bibir bersaput lipstik merah. Sang perempuan mengenakan kostum berwarna cerah. Keduanya mengenakan hiasan kepala bergaya Malay, kembang kelapa.
Ondel-ondel biasa tampil ’memimpin’ barisan dalam acara perkawinan ataupun sunatan, diikuti oleh pasangan pengantin atau anak yang disunat diikuti oleh keluarga masing-masing, berjalan berarak-arakan keliling kampung dimeriahkan oleh Tanjidor atau music Gambang kromong.
Musik Betawi yang dikenal dengan nama Tanjidor konon berasal dari perkebunan Belanda yang terletak di luar kota sekitar Batavia, seperti Depok, Cibinong, Bogor, Bekasi dan Tangerang, tempat dimana para budak setempat kerap memainkan untuk majikan Belandanya. Ketika perbudakan dihapuskan pada abad 19, kelompok pemusik meneruskannya dengan ngamen sebagai mata pencaharian mereka. Tradisi ngamen ini terus berlanjut sampai sekarang. Pengaruh Eropa terlihat jelas dari pemakaian alat musiknya seperti trompet, bas, klarinet, simbal dan lainnya. Saat ini Tanjidor telah melebur dengan musik asal Malay Gambang kromong, menggunakan alat music tamborin, beduk, gendang, kempul dan lainnya.

Selengkapnya dapat di cek di youtube...
https://www.youtube.com/watch?v=1-n5c8F9aTc&feature=youtu.be